Perjuangan Lesbumi dalam Membangun Perfilman
==========================
PADA pertengahan
1960-an terjadi gerakan anti Amerika Serikat (AS) besar-besaran karena
terlibat dalam Pemberontakan PRRI-Permesta, dan berujung pada gerakan
penolakan pengedaran film AS yang saat itu dipegang oleh AMPAI. Gerakan
itu dipelopori oleh Lekra, kebetulan Lesbumi tidak ikut dalam gerakan
itu, karena itu salah seorang pimpinan Lekra Masri S menuduh Lesbumi
tidak berjiwa Manipol dan anti revolusi, karena tidak ikut menolak AMPAI
seperti yang dilakukan Lekra dan LKN.
Melihat serangan yang bertubi-tubi di berbagai media dan forum itu
akhirnya pada 30 Agustus 1964 Usmar Ismail Ketua Umum Lesbumi memberikan
jawaban secara publik, bahwa Lesbumi didirikan oleh para tokoh yang
sejak tahun 1950-an telah gigih melawan dominasi film asing terutama
Ampai dari AS dan J Arthur Pank dari Inggris dan beberapa perusahaan
Film Belanda. Perlawanan itu antara lain dilakukan dengan cara membuat
filam sendiri.
Selain itu Lesbumi juga membuat terobosan penting
seperti memasukkan film dari Asia seperti India, Cina dan Jepang sebagai
bandingan sambil mempelajari kultur tetangga. Karena itu Lesbumi paling
awal merasakan pahit getirnya menentang dominasi film asing di negeri
ini dalam persaingan yang tidak kenal ampun.
Bayangkan tahun 1950 AMPAI mengedarkan 250 judul film setahun,
sehingga menguasai gedung bioskop nasional. Ketika Lesbumi berdiri “kami
memiliki kekuatan lalu kami berjuang keras untuk menerapkan kuota untuk
menghidupkan film nasional, akhirnya pada tahun 1962 AMPAI hanya
mengedarkan separuhnya 160 judul film pertahun.”
Tidak berhenti di situ, Lesbumi terus melakukan tekanan sehingga pada
tahun ini 1964 AMPAI hanya tinggal separuhnya lagi yakni mengedarkan 80
judul film pertahun, itu pun harus disensor secara ketat, agar film
tersebut tidak membahayakan kultur bangsa Indonesia dan indeologi
nasional. Dan Amerika yang gagah perkasa itu tidak berkutik menghadapi
tekanan Lesbumi ini. Akhirnya semua perusahaan film asing mengalah.
Semua itu bentuk Manipolis dari politik kebudayaan Lesbumi.
Sebagai konsekwensinya strategi penting yang dilakukan Lesbumi saat
itu adaalah menghindari kekosongan film nasional itu dengan membuat film
sendiri, sehingga produksi film nasional saat itu sangat tinggi. Hal
itu dilakukan agar kekosongan itu tidak diisi dengan melakukan impor
film dari Uni Soviet seperti yang hendak dilakuakan oleh Lekra. Menurut
Lesbumi hal itu berarti menyingkirkan imperialis kebudayaan dari AS yang
liberal, lalu memberikan peluang masuknya imperialisme budaya yang lain
dari pihak Soviet yang anti Tuhan. Apalagi saat itu Ketua Sinematografi
Uni Soviet Alexey Romanov mulai gencar mempropagandakan film Soviet
sebagai pengganti Amerika.
Denga tegas Usmar menjawab bahwa kita Lesbumi menolak Declaration of
Independence-nya Amerika yang liberal dan imperialis, disaat yang sama
kita juga menolak Manifesto Komunis yang ateis, sebab kita telah
memiliki falsafah hidup dan ideologi negara yang lebih unggul dan lebih
relevan yaitu Pancasila. Inilah sikap seorang Manipolis sejati, yang
selalu membela kemandirian dan martabat bangsa dan tanah air sebagai
wujud dan pelaksanaan dari khitah politik NU yang populis dan
nasionalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar