Penyebaran Marxisme di Indonesia
=====================
Marxisme baik
sebagai filsafat maupu ideology gerakan berkembang pesat di Indonesia
menjelang hingga pasca kemerdekaan, dan ajaran itu begitu mempesona,
bahkan tidak ada perintis kemerdekaan yang tidak terpengaruh ajaran itu,
seperti Soekarno, hatta Syahrir dan sebagainya. Namun perlu diingat
mempelajari Marxisme tidak mesti menjadi seorang Marxis apalagi PKI.
Banyak yang sekadar digunakan untuk menganalisis masalah dan mengambil
sikap anti kolonialnya.Berikut ini penuturan H. Mustahal seorang warga
NU yang pernah mengikuti kusrsus Marxisme pada awal kemerdekaan.
Seusai mengikuti pendidikan dan latihan di ASRI, oleh Mayjen
Djokosujono, saya langsung dimasukkan di badan pendidikan Marx House
di Pabrik Gula Padokan Madukismo di sebelah selatan Yogyakarta. Marx
House adalah semacam kursus intensif tentang teori perjuangan Marxisme
dan sosialisme yang diselenggarakan oleh aliansi organ gerakan, partai
politik, organisasi Pemuda, wanita, buruh dan tani yang berhaluan
sosialisme. Kegiatannya bertempat di rumah dan kantor administratuir
pabrik gula Padokan (waktu itu Syahrir dan Amir Sjarifuddin belum
berpisah) dan diantar langsung oleh LM Sitorus, Sekjen dari faksi
Syahrir. Hal ini karena LM Sitorus juga salah seorang penghuni rumah
kediaman Mayor Jendral Djokosujono itu.
Banyak orang yang tinggal di rumah ini, antara lain Kolonel TB
Simatupang, Kepala Staff III Markas Besar Tentara : Washingthon Siahaan
lulusan Akademi Angkatan Laut dan Helder Nederland : Washingthon Siraet :
dan Oloan Hutapea mantan aktor pemberontakan Tiga Daerah ( Pekalongan,
Tegal, Pemalang ) tahun 1945-1946 , mantan pegawai pabrik gula Cepiring,
Kendal.
Kebanyakan para pengajar di Marx House adalah sarjana yang baru
pulang dari Negara Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan, seperti Drs
Setiajit, Drs Maruto Darusman, Gondo Pratono dan Rahmat Kusuma Brata.
Ditambah para pengajar dari bekas Digulis yang pulang ke Indonesia
melalui Australia seusai Perang Pasifik, yakni Pak Jaetun dan Pak Abdul
Rahman.
Materi dijadikan bahan pelajaran adalah ekonomi-politik, sejarah
evolusi masyarakat (sosiologi berdasar materialisme-historis) dan
filsafat (dialektika materialisme), sejarah gerakan buruh sedunia,
sejarah gerakan Komunis Internasional, nasionalisme dan
anti-imperialisme di Negara-negara jajahan, dan masalah manajemen
organisasi.
Ada sejumlah peserta putri, diantaranya adalah Hermini (kemudian
menjadi istri Roeslan Wijayasastra), Nyonya Abdul Rahman (putri Sarjono
ketua CC PKI), Kushartini yang kemudian diperistri oleh Ir. Setiadi.
Diantara peserta pria yang masih saya ingat adalah Oey Hay Jun dan RP
Situmeang (kader Perbum, Persatuan Buruh Minyak), keduanya kemudian
masuk anggota parlemen Orla. Ada juga seorang kawan yang bernama Munajat
Wibisono, ia seperti saya , dari milsuk. Belakangan Munajat bergabung
dengan Batalion Maladi Yusuf di daerah Blora pada waktu perang
Kemerdekaan II (Aksi Militer Belanda 1948).
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,7620-lang,id-c,fragmen-t,Penyebaran+Marxisme+di+Indonesia-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar