ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 13 November 2013

Haruskah iwadl khulu' berupa sasrahan ?

========

Haruskah iwadl khulu' berupa sasrahan ?




Pertanyaan :
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ada seorang suami istri,istrinya ni mengajukan gugatan cerai dengan mengembalikan seserahan,waktu kawinnya dulu seserahannya tu d kasihkan kepada pihak keluarganya istri dan pihak keluarga istri mngasihkan seserahan kepada pihak keluarga suami ini sudah adatnya.

Yang saya tanyakan apakah ada aturan dalam hukum islam yang mengharuskan mengembalikan seserahan adat ketika terjadi perceraian ?

( Dari : Ryda RokhiLa )


Jawaban :
Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh
Dalam fiqih, perceraian antara suami istri atas permohonan istri dinamakan khulu'. dan ketika seorang istri mengajukan gugatan cerai kepada suaminya maka hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan iwadh (pengganti) yang berupa harta yang diberikan kepada suami atas gugatan cerai istrinya.

Ketentuan yang berlaku untuk iwadh yang diberikan kepada suami adalah semua perkara yang bisa dijadikan mahar, juga bisa dijadikan sebagai iwadh dari khulu', baik berupa sebagian atau keseluruhan mahar yang telah diberikan suami kepada istri atau dengan harta benda yang lain, lebih sedikit atau lebih banyak dari mahar yang telah diberikan. Ketentuan ini berdasarkan keumuman dari firman Alloh yang menjelaskan tentang khulu' ;
فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ

"Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya". ( Al-Baqoroh : 229 )

Jadi, kesimpulannya tidak ada ketentuan dalam agama yang mengharuskan iwadh dari khulu' berupa seserahan (jawa : sasrahan), baik diberikan sebagai hadiah atau sebagai mahar untuk mempelai wanita. Wallohu a'lam.

( Oleh : Muh KHolili Aby Fitry dan Siroj Munir )


Referernsi :
1. Al-Fiqhul Manhaji Fi Fiqhi Madzhabil Imam Asy-Syafi'i, Juz : 4  Hal : 127
2. Kifayatul Akhyar, Juz : 1  Hal : 384


Ibarot :
Al-Fiqhul Manhaji Fi Fiqhi Madzhabil Imam Asy-Syafi'i, Juz : 4  Hal : 127

الخلع: وهو الطلاق الذي يقع برغبة من الزوجة وإصرار منها على ذلك، وقد شرع لذلك سبيل الخلع، وهو أن تفتدي نفسها من زوجها بشئ يتفقان عليه من مهرها تعطيه إياه. فالخلع إذا قسم من الطلاق: وهو كل فُرْقةٍ جرت على عوض تدفعه الزوجة  الزوج

Kifayatul Akhyar, Juz : 1  Hal : 384

ولا فرق في جواز الخلع بين أن يخالع على الصداق أو على بعضه أو على مال آخر سواء كان أقل من الصداق أو أكثر ولا فرق بين العين والدين والمنفعة وضابطه أن كل ما جاز أن يكون صداقا جاز أن يكون عوضا في الخلع لعموم قوله تعالى {فلا جناح عليهما فيما افتدت به} ولأنه عقد على بضع فأشبه النكاح ويشترط في عوض الخلع أن يكون معلوما متمولا مع سائر شروط الأعواض كالقدرة على التسليم واستقرار الملك وغير ذلك لأن الخلع عقد معاوضة فأشبه البيع والصداق
 
sumber:http://www.fikihkontemporer.com/2012/11/haruskah-iwadh-khulu-berupa-sasrahan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar