NYAI HJ IZZAH SYATORI
Pencetak Banyak Hafidzah
================
Hari itu, langit
dan bumi pesantren Babakan-Ciwaringin-Cirebon tiba-tiba ‘basah’. Bukan
karena hujan lebat yang menimbulkan genangan banjir, melainkan karena
para keluarga, santri, dan masyarakat meneteskan tangis air mata. Salah
seorang ulama perempuan yang hafizhah itu wafat meninggalkan semuanya.
Sosok ulama perempuan hafizhah itu tak lain, Nyai Hj Izzah Syathori
Fuad Amin, salah seorang pengasuh pesantren Bapenpori (Balai Pendidikan
Pondok Putri) al-Istiqomah, putri dari al-Maghfurlah KH
Abdullah Syathori (sesepuh pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun), dan
istri mendiang KH Fuad Amin (sesepuh pesantren Raudlatut Tholibin,
Babakan-Ciwaringin). Beliau dipanggil oleh-Nya, 3 September 2013.
Nyai Izzah adalah sosok yang istiqomah dalam mencerdaskan umat,
melalui pengajian rutin; pengajian kitab kuning maupun al-Qur’an. Tak
mengenal kata lelah dan bosan dalam hal mengajar ngaji kepada para
santri maupun masyarakat luas. Ini terbukti, salah satunya saat upacara
pemakaman mendiang. Tak seperti biasanya, ribuan orang berjejalan dan
sesak memenuhi areal maqbarah Raudlatut Tholibin.
Tak tahu ada berapa kali sesi shalat jenazah saat itu, baik yang
berlangsung di pelataran masjid maupun saat sudah dimakamkan. Saya
begitu yakin, ini karomah dan keistimewaan dari seorang hamba yang
begitu mencintai dan mengabdikan sepenuh hidupnya demi dan untuk
kelestarian al-Qur’an.
Pengajian yang istiqomah dilakukan Nyai Izzah pun sederhana. Untuk
pengajian jami’iyah rutin mingguan, beliau hadir di hadapan para ibu-ibu
menjelaskan berbagai macam ilmu. Pengajian seperti ini berlangsung di
Babakan dan Arjawinangun. Jamaah pun menyimak dan berikutnya menampung
banyak pertanyaan bernada keluh kesah seputar kehidupan agama, sosial,
dan ekonomi rumah tangganya.
Nyai Maryam Abdullah, salah seorang menantu mendiang pernah bercerita: “Sering
kali saya menyaksikan setiap malam Jum’at, beliau (al-Marhumah) hendak
pergi mengajar pengajian ibu-ibu di Arjawinangun, walaupun dalam kondisi
hujan, dan sekalipun harus naik becak tetap dilakoninya. Sebagai
pemimpin jami’iyah di Babakan dan Arjawinangun beliau dikenal sebagai
sosok yang sangat cerdas dan memiliki karakter mobilisator.”
Sementara saat di pesantren, Nyai Izzah akan setia membimbing para
santriwati. Mengaji al-Qur’an misalnya, para santriwati berbaris rapi,
bergiliran menyetorkan bacaan al-Qur’annya. Saking banyaknya santriwati
yang ingin belajar mengaji al-Qur’an kepada beliau, setiap sesi setoran
bacaan, beliau sanggup menyimak tidak kurang dari enam orang sekaligus
secara bersamaan, masing-masing tiga orang santriwati di baris sebelah
kanan dan kiri.
Tak hanya para santriwati, semua para Nyai yang ada di pesantren
Babakan-Ciwaringin belajar mengaji al-Qur’an kepadanya. Beliaulah memang
ulama perempuan paling otoritatif dalam bidang al-Qur’an baik di
wilayah pesantren Babakan-Ciwaringin, pada khususnya, Cirebon dan Jawa
Barat pada umumnya.
Jika ditelusuri jejak intelektualnya, Nyai Izzah sendiri mesantren dan belajar mengaji langsung kepada al-Maghfurlah
KH Mahfudh Mas’ud, pimpinan pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta. Ia
pun mampu menghafal al-Qur’an (hafizhah) dalam waktu yang relatif
singkat, hanya 9 bulan.
Demikianlah, maka pesantren Bapenpori al-Istiqomah, masyhur
sebagai pesantren yang istiqomah mencetak para hafizhah, santriwati
penghafal al-Qur’an. Putera-putrinya pun demikian, cerdas dan
hafizh-hafizhah. Itu semua tak lain merupakan buah dari keberkahan,
kecerdasan, dan keistiqomahan Nyai Izzah sebagai pengasuh dan pendidik
di pesantren.
Yang sangat mengesankan, banyak di antara kaum ibu yang awalnya buta
huruf al-Qur’an atau bahkan lidahnya susah untuk melafadzkan ayat-ayat
al-Qur’an tetapi akhirnya fasih dan hafal surat-surat penting
Saking istiqomahnya beliau dalam hal mengaji, saat hendak bepergian
jauh pun beliau selalu mempertimbangkan agar tidak ketinggalan waktu
mengaji. Setahu saya beliau juga orangnya ulet dan telaten dalam
mengajar. Siapapun yang ingin mengaji kepada beliau mulai dari kalangan
anak-anak sampai orang tua pasti dilayaninya dengan senang hati.
KH Thohari Shodiq, salah seorang pengasuh pesantren Raudlatut
Tholibin, berkali-kali menegaskan bahwa Nyai Izzah adalah satu-satunya
Nyai sepuh yang alim, terutama dalam hal kajian kitab kuning. Selain
alim dalam kajian al-Qur’an.
Akhirnya, kita memanjatkan do’a, semoga Nyai Izzah berbahagia di
bawah naungan surga-Nya. Demikian juga yang ditinggalkan, baik para
santri, keluarga, dan masyarakat dapat tabah serta menimba keteladanan,
keistiqomahan, dan keikhlasan dari seorang ulama perempuan yang hafizhah
ini. Amin.
Mamang M. Haerudin
Ketua LP3M STID AL-Biruni Cirebon, khadim al-Ma’had pesantren Raudlatut Tholibin Babakan-Ciwaringin.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,47807-lang,id-c,tokoh-t,Pencetak+Banyak+Hafidzah-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar