Nabi Menaklukkan Makkah
Oleh: Hasan Husen Assagaf
Kemenangan demi kemenangan telah diraih oleh Rasulallah selama beliau
berada di Madinah. Akhirnya beliau mengumumkan bahwa beliau hendak
berangkat ke Mekkah dan memerintahkan kaum muslimin dengan serius untuk
bersiap-siap. Beliau berdoa, ‘Ya Allah, rahasiakan informasi ini dari
orang-orang Quraisy Makkah, agar kami bisa menyerang mereka dengan
tiba-tiba di negeri mereka sendiri”. Lalu kaum muslimin pun
bersiap-siap.
Ketika Rasulullah memutuskan berangkat ke Mekkah, Hathib bin Abu
Balta’ah mengirim surat kepada orang-orang Quraisy Makkah. Dalam
surat-nya, Hathib bin Abu Balta’ah menjelaskan tentang keputusan
Rasulullah untuk berangkat ke tempat mereka. Surat tersebut dititipkan
Hathib kepada seorang wanita bayaran bernama Muzainah agar mengantarkan
suratnya kepada orang-orang Quraisy. Wanita tersebut meletakkan surat
Hathib bin Abu Balta’ah di kepalanya, memintalnya dengan gelungan
rambut, kemudian ia berangkat ke Mekkah.
Lalu Rasululullah saw menerima wahyu dari langit tentang perbuatan
Hathib bin Abu Balta’ah tersebut, kemudian beliau mengutus Ali bin Abu
Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Beliau bersabda kepada keduanya,
”Kejarlah wanita yang membawa surat Hathib bin Abu Balta’ah yang berisi
penjelasan kepada orang-orang Quraisy tentang rencana kita terhadap
mereka”.
Ali bin Abu Thalib ra dan Az-Zubair bin Al-Awwam ra berangkat dan
berhasil menangkap wanita tersebut disalah satu tempat. Keduanya
menyuruh wanita tersebut turun dari unta dan membongkar semua barang
bawaannya, namun tidak menemukan apa-apa.
Ali bin Abu Thalib ra berkata kepada wanita tersebut, ”Demi Allah aku
bersumpah bahwa Rasulullah tidak berdusta dan kami tidak
mendustakannya. Serahkan surat yang engkau bawa kepada kami. Kalau
tidak, kami akan menelanjangimu”.
Saat melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib ra, wanita itu ketakutan
lalu berkata: ”Berpalinglah dariku”. Ali bin Abu Thalib ra berpaling,
kemudian wanita tersebut membuka gelungan rambutnya dan mengeluarkan
surat tersebut. Lalu diserahkannya kepada Ali bin Abu Thalib ra,
kemudian Ali bin Abu Thalib membawa surat kepada Rasulallah saw.
Rasulullah memanggil Hathib bin Abu Balta’ah dan berkata kepadanya:
”Ya Hathib, apa maksudmu melakukan hal ini?”. Hathib menjawab, ”Wahai
Rasulullah, demi Allah, aku beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Aku
tidak berubah dan tidak berganti agama. Hanya saja, aku ini orang yang
tidak mempunyai keluarga, sedangkan anak dan istriku berada sekarang di
tempat mereka. Aku bermaksud agar mereka memberi perlindungan untuk
keluargaku”. Umar bin Khaththab ra yang berada disamping Nabi saw
berkata, ”Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang ini,
karena ia munafik”. Rasulullah bersabda, ”Hai Umar, engkau tidak tahu
bahwa Allah melihat mujahidin Badar di Perang Badar, kemudian berfirman,
‘Kerjakan apa saja yang kalian inginkan, karena Aku telah mengampuni
kalian”.
Rasulullah berangkat ke menunjuk Aburahman Al-Ghifari sebagai amir
sementara di Madinah. Itu terjadi pada tanggal sepuluh Ramadhan, jadi,
beliau berpuasa begitu juga kaum muslimin. Ketika beliau tiba di
Al-Kudaid, tempat antara Usfan dengan Araj, beliau membatalkan puasanya.
Rasulullah terus berjalan bersama sepuluh ribu kaum muslimin. Seluruh
kaum Muhajirin dan Anshar ikut bersama Rasulullah sedang orang-orang
Quraisy tidak mendengar informasi seputar beliau dan apa yang akan
beliau lakukan. Di sisi lain, pada malam tersebut, keluarlah Abu Sofyan
bin Harb, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Warqa’ guna mencari informasi
dan melihat-lihat siapa tahu mereka mendapatkan informasi atau
mendengarnya.
Al-Abbas bertemu dengan Abu Sofyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib
dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah dan menyarankanya untuk
bertemu dengan Rasulullah saw untuk meminta perlindungan. Mereka bertemu
dengan beliau di Niqul Uqab, daerah di antara Makkah dengan Madinah.
Abu Sofyan bin Al-Harits menyatakan ke-Islamannya dan permohonan maafnya
akan dosa-dosa masa silamnya, Para ulama mengatakan bahwa ketika Abu
Sofyan bin Al-Harits masuk islam, ia melantunkan bait syair kepada
Rasulullah, ”Orang yang pernah aku usir bersama Allah telah
mendapatkanku, beliau menepuk dadanya, kemudian bersabda, ”Engkaulah
orang yang pernah mengusirku?’”
Abu Sofyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang benar dan masuk
Islam. Lalu Al-Abbas ra berkata, ‘Wahai Rasulullah, Abu Sofyan bin Harb
adalah orang yang senang dengan kedudukan, oleh karena itu, berikan
sesuatu kepadanya”. Rasulullah bersabda, ”Ya, barangsiapa memasuki rumah
Abu Sofyan bin Harb, ia akan aman. Barangsiapa menutup pintu rumah-nya,
ia akan aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, ia akan aman”.
Tidak lama kemudian, berbagai kabilah berjalan menuju Makkah dengan
membawa bendera masing-masing, hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan
pasukannya yang berwarna hijau. Pasukan Rasulullah dikatakan hijau
karena baju besinya berwarna hijau lebih mewarnai pasukan ini. Dalam
pasukan tersebut terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka semua
mengenakan baju besi. Itulah Rasulullah saw bersama kaum Muhajirin dan
Anshar. Tidak ada satu pun orang yang mempunyai kekuatan untuk
menghadapi mereka di Makkah.
Ketika Rasulullah tiba di suatu tempat yang bernama Dzi Thuwa yang
terletak di daerah Jarwal yang sekarang penuh dihuni oleh penduduk
Makkah, beliau berdiri di atas hewan kendaraannya, bersorban dengan
separoh burdah dari Yaman yang berjahit dan berwarna merah. Beliau
menundukkan wajah karena tawadhu’ dan tunduk kepada Allah SWT ketika
melihat penaklukan yang diberikan Allah kepada beliau, hingga jenggotnya
nyaris menyentuh bagian tengah pelananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar